Aspirasi SantriInfo PesantrenKreatifitasSantri Keren

Satu Dekade Gerakan Ayo Mondok: Efektifitas dan Evaluasi

Sejak tahun 2015, tepatnya pada 1 Juni 2015 (bertepatan malam Nisfu Sya’ban) oleh Ketua Umum PBNU saat itu, Prof. KH Said Aqil Siroj, didampingi Ketua PP RMI Dr. Amin Haedari dan Sekjen Dr. Miftah Fakih, gerakan nasional Ayo Mondok digulirkan.

Gerakan ini diinisiasi oleh kalangan pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai upaya mengkampanyekan pentingnya pendidikan pesantren.

Slogan Ayo Mondok lahir untuk merespons fenomena berkurangnya minat sebagian masyarakat, khususnya kalangan urban, yang cenderung lebih memilih sekolah umum atau internasional ketimbang pesantren. Gerakan ini hadir bukan hanya sebagai ajakan, tetapi juga sebagai ikhtiar mereposisi pesantren di tengah perubahan zaman.

Efektivitas Gerakan Ayo Mondok

Tidak bisa dipungkiri, gerakan Ayo Mondok cukup berhasil membangun kesadaran baru di masyarakat. Kampanye masif melalui media sosial, baliho, iklan layanan masyarakat, hingga event akbar di berbagai kota membuat “isu mondok” sangat akrab di telinga publik.

Banyak keluarga kelas menengah di perkotaan mulai mempertimbangkan pesantren sebagai alternatif pendidikan anak mereka, terutama karena pesantren kini menawarkan kurikulum terpadu: pendidikan agama yang kuat sekaligus pendidikan umum yang kompetitif.

Keberhasilan Ayo Mondok terlihat dari semakin banyaknya pesantren yang membuka cabang di kota-kota besar, serta meningkatnya jumlah santri di pesantren modern tahfidzul Qur’an dan pesantren terpadu.

Misalnya, Pesantren Bina Insan Mulia (Bima) Cirebon, Jawa Barat yang mengembangkan konsep pesantren berbasis inovasi, literasi, modernisasi dan program persiapan kuliah di perguruan tinggi ternama di dalam dan luar negeri; atau Ma’had Daarul Mumtaz di OKU Timur, Sumatera Selatan yang mengintegrasikan tahfidzul Qur’an dengan kurikulum Diknas, Diniyah, Bahasa, Leadership dan Creativepreneurship. Hal ini menunjukkan bahwa pesantren dikembangkan bukan lagi hanya untuk masyarakat desa, tetapi agar menjadi pilihan keluarga urban.

Evaluasi Gerakan Ayo Mondok

Meski demikian, gerakan ini masih menyisakan beberapa catatan evaluasi. Pertama, kampanye Ayo Mondok seringkali berhenti pada level slogan, tanpa diiringi narasi mendalam tentang diferensiasi keunggulan pesantren.

Bagi sebagian masyarakat perkotaan, pesantren masih identik dengan keterbatasan: disiplin keras, fasilitas seadanya, dan minim orientasi masa depan.

Kedua, masih terdapat kesenjangan antara citra pesantren yang dipromosikan dengan realitas di lapangan. Tidak semua pesantren mampu memberikan layanan pendidikan yang adaptif terhadap tuntutan zaman, seperti penguasaan teknologi digital, bahasa asing, atau soft skills. Jika kesenjangan ini tidak diatasi, kepercayaan masyarakat bisa menurun.

Ketiga, segmentasi audiens kampanye masih terlalu umum. Kalangan urban dengan tingkat pendidikan tinggi tentu membutuhkan pendekatan berbeda dibanding masyarakat tradisional. Sayangnya, strategi komunikasi Ayo Mondok belum sepenuhnya melakukan diferensiasi pesan sesuai kebutuhan audiens.

Inovasi yang Harus Dilakukan

Untuk menjaga keberlanjutan dan relevansinya, gerakan Ayo Mondok perlu melakukan inovasi dalam beberapa hal:

  1. Kampanye Berbasis Narasi Inspiratif
    Alih-alih sekadar slogan, perlu ditampilkan kisah sukses alumni pesantren yang berhasil menjadi tokoh publik, profesional, akademisi, maupun entrepreneur. Narasi ini akan lebih meyakinkan masyarakat bahwa pesantren mampu mencetak generasi unggul.
  2. Kolaborasi dengan Dunia Digital dan Kreatif
    Generasi muda urban adalah digital native. Karena itu, Ayo Mondok harus hadir lebih intens di media sosial dengan konten kreatif: vlog kehidupan santri, podcast bersama kiai muda, atau mini film tentang keseharian di pesantren. Strategi ini akan lebih menarik bagi calon wali santri dan anak-anak mereka.
  3. Reposisi Pesantren sebagai Pusat Peradaban Baru
    Pesantren harus tampil sebagai institusi yang tidak hanya fokus pada ibadah ritual, tetapi juga pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kewirausahaan, dan kepemimpinan. Konsep “santri-preneur”, “santri digital”, atau “santri global” dapat dijadikan branding baru.
  4. Segmentasi dan Edukasi Masyarakat Urban
    Perlu dibuat program khusus untuk menyasar keluarga urban, misalnya paket pesantren dengan kurikulum bilingual, fasilitas modern, dan jaminan jalur akademik ke perguruan tinggi, seperti yang dilakukan pesantren Bina Insan Mulia Cirebon. Dengan begitu, pesantren bisa masuk ke pasar pendidikan premium tanpa kehilangan jati dirinya.

Gerakan Ayo Mondok adalah langkah penting dan strategis dalam menjaga keberlangsungan dan merawat tradisi pesantren sekaligus mengadaptasikannya dengan kebutuhan masyarakat modern. Namun, agar lebih efektif, gerakan ini harus melampaui sekadar kampanye slogan.

Diperlukan evaluasi menyeluruh dan inovasi strategis, sehingga pesantren benar-benar dipersepsi sebagai pilihan pendidikan utama yang menjanjikan masa depan, baik spiritual maupun profesional.

Jika hal itu berhasil dilakukan, maka pesantren akan semakin menjadi mercusuar peradaban yang relevan sepanjang zaman. (*)

Penulis: Gus Damas Alhasy, SS.

Related posts